Kamu udah merasa menjalani bisnis tiktok business yang diidam-idamkan, tapi angka penjualan bisnismu cenderung stagnan? Kamu menginginkan menaikkan penjualan, tapi bingung harus memulai dari mana?
Jangan tidak harus khawatir, enam semisal ide kreatif untuk menaikkan penjualan bersama dengan efisien ini bisa coba kamu terapkan dan menyesuaikan bersama dengan bisnismu.
1. Membuat Branding Campaign
Branding campaign (kampanye merek) adalah sebuah trik pemasaran yang bertujuan untuk menaikkan brand awareness (kesadaran merek) di masyarakat. Kampanye brand umumnya dikerjakan lewat serangkaian trik pemasaran.
Hasil yang diincar sesudah jalankan kampanye brand adalah meningkatnya persepsi publik pada brand yang bersangkutan.
Meskipun kerap disangkutpautkan bersama dengan iklan, merilis kampanye brand tidak melulu bermakna merilis iklan baru. Strategi pemasaran lain seperti sistem reward, loyalty point, atau service publik termasuk bisa jadi alternatif kampanye merek.
1. Sistem Loyalty Point
Pada dasarnya, program loyalty point atau loyalty reward adalah program saat perusahaan memberi poin yang bisa dihimpun dan ditukarkan bersama dengan beragam macam penghargaan oleh konsumen. Penghargaan yang ditawarkan bisa bersifat kupon diskon, upgrade layanan, gratis ongkos antar, dan lain-lain.
Sistem loyalty semacam ini udah memadai banyak diterapkan oleh lebih dari satu perusahaan seperti maskapai penerbangan, e-commerce, dan penyedia jasa. Penerapannya pun memadai fleksibel. Pihak brand bisa beri tambahan poin untuk kegiatan apa pun yang dikerjakan konsumen, seperti membeli bersama dengan nilai tertentu, membeli product tertentu, atau sekadar mengikuti account fasilitas sosial perusahaan.
Dengan iming-iming reward point yang bisa didapatkan dari berbelanja, kastemer bakal tergiur untuk menaikkan frekuensi atau nilai transaksi demi mengumpulkan poin untuk ditukarkan.
2. Menggunakan Humor
Inti dari kampanye brand adalah membuat publik merasa punya koneksi bersama dengan brand tersebut. Koneksi selanjutnya bisa dibangun keliru satunya memanfaatkan humor dan komedi. Cara ini sebenarnya sedikit sulit sebab umumnya segmen yang tidak serupa punya selera humor yang berbeda. Namun, saat humornya sukses, maka kesadaran brand perusahaan pun bisa meningkat pesat.
Salah satu perusahaan yang jalankan kampanye brand memanfaatkan humor adalah Pahamify selagi meluncurkan layanan Pegasus di kuartal akhir 2021. Dengan menggaet psikolog anak Kak Seto, Pahamify memparodikan meme “Kak Seto Kaiba” yang melukiskan Kak Seto mengenakan kostum Seto Kaiba dari serial komik, animasi, dan card game YuGiOh.
Melihat seberapa viralnya kampanye ini di fasilitas sosial, bisa diartikan bahwa setidaknya selama setahun ke depan, publik—terutama pengguna Pahamify dan generasi ’90-an—akan tetap mengasosiasikan meme ini bersama dengan Pahamify.
2. Melakukan Kolaborasi
Dalam dunia bisnis di masa sebelumnya, kolaborasi pada dua brand adalah perihal yang memadai sulit ditemukan, lebih-lebih dari dua brand yang bersaing di segmen pasar yang mirip bersama dengan lini product serupa. Kini, banyak brand yang menginisiasi collaborative marketing, baik bersama dengan brand lain maupun bersama dengan figur publik. Kolaborasi bisa menghadirkan ide kreatif untuk menaikkan penjualan yang bisa beruntung ke dua pihak yang bekerja sama.
Pada dasarnya, collaborative marketing (pemasaran berbasis kolaborasi) adalah sebuah trik pemasaran saat dua brand bersama dengan segmentasi kastemer dan nilai bisnis yang serasi jalankan kerja sama. Agar kolaborasi bisa berjalan bersama dengan baik, ke dua pihak harus merumuskan nilai apa saja yang bakal jadi dasar kolaborasi, memperkirakan tanggapan dari konsumen, dan bagaimana bentuk kolaborasi bakal dijalankan.
1. Dengan Brand Lain
Umumnya, dua brand yang berkolaborasi punya product tidak serupa tapi menyasar target pasar yang sama. Misalnya, kolaborasi pada Uber dan Spotify. Dua perusahaan startup ini bekerja mirip untuk menaikkan kepuasan pengguna atas layanan masing-masing. Dalam kolaborasi ini, penumpang Uber bisa menghubungkan Spotify ke radio mobil yang tengah ditumpangi.
Kolaborasi pada dua brand bersama dengan product mirip masih memadai jarang, tapi tidak nihil. Kolaborasi semacam ini umumnya berjalan kalau dua brand yang terlibat punya segmen pasar yang berbeda. Contohnya pada selagi H&M berkolaborasi bersama dengan Versace. Dengan kolaborasi terbatas ini, H&M mempunyai kemewahan dan prestise kelas atas Versace ke lini produknya yang menyasar segmen kelas menengah.
2. Dengan Individu
Selain berkolaborasi bersama dengan brand lain, sebuah brand termasuk bisa berkolaborasi bersama dengan figur publik seperti selebritas, influencer, sampai pejabat publik. Salah satu contohnya adalah gerai roti bakar Jiwa Toast yang berkolaborasi bersama dengan Suhaidi Jamaan, kontestan MasterChef Indonesia musim ke delapan. Kolaborasi ini meluncurkan menu Indonesia Toast Series yang diracik oleh pria yang kerap disebut sebagai Lord Adi oleh warganet.
Tidak hanya bersama dengan manusia sungguhan, sebuah brand termasuk bisa “bekerja sama” bersama dengan sifat fiktif. “Kolaborasi” semacam ini dikerjakan oleh brand fesyen kelas atas Louis Vuitton yang menggaet Lightning, sifat utama video game Final Fantasy XIII. Dalam kolaborasi ini, Lightning memperagakan koleksi “SERIES 4, Spring-Summer 2016” yang diumumkan pada Januari 2016.
3. Menyelenggarakan Event
Selain merilis kampanye bisnis dan berkolaborasi bersama dengan pihak kedua, perusahaan bisa berpartisipasi atau mengadakan sebuah acara untuk menaikkan engagement bersama dengan kastemer potensial. Engagement ini bisa menaikkan kesadaran brand atau lebih-lebih angka penjualan, terkait bersama dengan seberapa berhasil acara selanjutnya berjalan. Strategi pemasaran bersama dengan mengandalkan acara ini lazim disebut sebagai event marketing.
Event marketing bisa diartikan sebagai sebuah trik promosi yang melibatkan hubungan tatap muka pada perusahaan bersama dengan kastemer di acara-acara seperti konferensi, seminar, dan sebagainya. Karena tiap tiap jenis acara punya demografi dan konten yang berbeda, maka perlakuan brand pun bakal berbeda. Saat dihadapkan bersama dengan event marketing, pihak brand punya dua opsi: bertindak sebagai peserta atau sebagai penyelenggara.
1. Sebagai Peserta
Posisi brand sebagai peserta kerap ditemukan didalam acara maupun program bersifat expo atau pameran. Dalam suasana seperti ini, teknis pelaksanaan dan promosi acara itu sendiri ditangani oleh pihak penyelenggara. Pihak brand yang berpartisipasi memadai menyiapkan materi promosi dan product yang bakal dipamerkan selama acara berlangsung.
Salah satu acara yang berhasil diadakan dan berhasil menaikkan angka penjualan product adalah GIIAS 2021 yang digelar di ICE BSD, Tangerang pada 11-21 November 2021. Pihak GAIKINDO selaku penyelenggara mengklaim ajang GIIAS mempunyai pengaruh positif untuk pihak-pihak yang terlibat. Jumlah transaksi yang dicatatkan menyentuh angka 18.000 unit bersama dengan keseluruhan nilai Rp7 triliun didalam 10 hari penyelenggaraan (Sindonews, 2021).
2. Sebagai Penyelenggara
Selain berpartisipasi sebagai peserta acara, sebuah brand bisa menyelenggarakan acara sendiri. Dengan cara ini, acara yang digelar bisa menekankan nilai perusahaan bersama dengan lebih maksimal. Target pengunjung pun bisa bersama dengan mudah disesuaikan bersama dengan segmentasi pasar brand selanjutnya sehingga hubungan pada brand bersama dengan kastemer bisa berhubungan bersama dengan lebih baik,
Salah satu semisal festival yang diadakan oleh sebuah brand adalah Festival Jajanan Bango. Dalam festival ini, PT Unilever Indonesia selaku pemilik dan produsen brand kecap manis Bango mempromosikan aneka kuliner khas Indonesia. Puluhan entrepreneur kuliner berpartisipasi didalam festival ini tiap tiap tahunnya. Lewat festival ini, penyelenggara tidak hanya menaikkan penjualan saja, tapi termasuk menaikkan kesadaran penduduk pada kuliner khas yang udah sulit ditemukan.